KEJUTAN DI TENGAH PENDAKIAN.

 


5 Juli 2019.

Malam pertama di kota ini berakhir dengan sempurna. Setelah sempat terlelap, suara kokok ayam di beranda belakang hotel membangunkan saya di pagi hari jumat itu. Sepiring sarapan yg sudah tersaji di meja depan kamar, saya ambil untuk kemudian saya santap di bangunan yang terpisah dari penginapan. Sebuah bangunan rumah khas lampung yang terbuat dari unsur kayu, dibangun khusus oleh pemiliknya seperti etalase kecil budaya Lampung yang diharapkan sebagai daya tarik penginapan ini.  

Bangunan berkonsep etnik kontemporer ini menjadi tempat yang pas untuk menyantap nasi goreng dan segelas kopi robusta di pagi itu. Sebatang rokok saya bakar sambil mencoba membayangkan Lampung dimasa lalu ketika semua bangunan terbuat dari kayu bukan beton seperti kebanyakan disaat ini.

Setelah sarapan tuntas dan semua perlengkapan perjalanan masuk ke pannier, tepat jam 8 sepeda saya kayuh perlahan meninggalkan penginapan dengan target pertama yaitu Kota Agung di Kab. Tanggamus. 

Rute yang saya pakai adalah jalur kota dimana medannya yang naik turun cukup untuk menghangatkan otot-otot kaki yang semula dingin. Kota besar di ujung selatan pulau Sumatra ini sudah berdenyut dengan aktifitas yang dilakukan oleh warganya. Selepas perbatasan kota kondisi lalu lintas mulai menyepi. 

Dalam perjalanan "Bike to Pulau" di Lampung ini saya memilih jalur lintas barat dimana rutenya lebih variatif dan sepi, pemandangan2 alamnya spektakuler seperti yang saya lihat sebelumnya di google street. 

Sementara jika dibandingkan dengan lintas timur yang kondisinya datar, cenderung monoton juga banyak digunakan oleh bus & truk2 besar antar kota untuk menuju ke seluruh penjuru pulau Sumatra. Keberadaan jalan tol hanya sedikit mengurangi kesibukan di jalur lintas timur itu.

Sejam setelah meninggalkan Bandar lampung, sayapun tiba di perbatasan kabupaten dimana ditandai dengan Gerbang yang cukup besar berbentuk batang bambu yang melintang di atas jalan. Rupanya bentuk gerbang tersebut adalah simbol dari tempat yang bernama Pringsewu di kab. Pesawaran ini.

Kondisi sepeda tampak baik2 saja, jalurpun tadi masih datar2 saja. Di perbatasan ini saya sempatkan beristirahat sejenak untuk mengabadikan gerbang tsb sekaligus melihat2 barang kerajinan yang dipajang di gerai dinas pariwisata yang berada di komplek ini. Sebuah Tshirt kuning berlengan panjang dengan gambar Sieger saya beli untuk souvenir dan akan saya pakai nanti di etappe selanjutnya.     

Perjalanan saya lanjutkan, namun karena ini hari Jumat, sambil mengayuh saya juga mencari Masjid yang representatif. Sebuah warung padang diseberang Masjid menjadi tempat saya mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah Mingguan tsb. Sambil menunggu azan saya sempatkan makan terlebih dahulu dengan asumsi setelah shalat selesai saya bisa langsung melanjutkan perjalanan, sehingga waktu tidak terbuang percuma.

Kota Pringsewu sebagai ibukota Kab. Pesawaran sudah saya lewati, pesawahan mendominasi pemandangan di daerah ini. Matahari yang bersinar terik cukup terasa menyiksa. Ketika sedang asik mengayuh disaat memasuki sebuah pemukiman, terlihat seorang ibu yang sedang menenun kain tapis di bawah pohon jambu yang sedang berbuah, saya pun berhenti sejenak untuk melihat proses pembuatan tersebut, sekaligus untuk berlindung sejenak dari terpaan matahari. Menurut penuturannya kain tersebut adalah pesanan dari seorang warga untuk acara pernikahan anaknya, ujarnya. 

Tak lama sang bapak keluar dari rumah dengan membawa beberapa jambu air yang sudah dipetik sebelumnya, menawari saya untuk mencobanya. Buahnya terasa manis dan segar, lumayan untuk menambah kebutuhan vitamin C saya di hari itu. setelah beberapa jambu saya santap dan tak lupa sebatang rokok habis, sepedapun saya kayuh kembali.

Medan menuju Kota Agung mulai mendaki, sementara terik matahari terus menemani selama perjalanan. Namun karena banyak terdapat warung di pinggir jalan, persediaan air minum di bidon tetap terjaga. Beberapa anak kecil yang sempat berpapasan kerap menyapa saya dengan ucapan "turis.. turis..." persis seperti diperjalanan saat di pulau Flores tempo hari, lumayanlah sebagai bahan hiburan dijalan, lol.

Hari semakin sore ketika saya melewati sebuah tikungan yang berujung dengan pemandangan jalan di depan yang terlihat mendaki panjang dan tinggi, rupanya saya mulai memasuki daerah Gisting sebuah kota kecil di kaki gunung Tanggamus. 

Sepeda saya kayuh perlahan karena medan yang terus menanjak, akhirnya saya berhenti saat menemukan tempat istirahat yang luas dengan masjid & taman yang asri. Mempertimbangkan hari yang semakin sore, saya memutuskan untuk berhenti dan mencari penginapan di daerah ini, tidak di Kota Agung seperti target semula.

Seorang anak muda petugas parkir yang ternyata leluhurnya berasal dari Tasikmalaya, memberikan informasi beberapa penginapan yang bisa ditinggali. Berbekal hal tersebut sayapun mulai mendatangi satu persatu, sampai akhirnya sebuah hotel di jalan desa yang terlihat resik saya ambil di malam itu untuk menginap.

Sebuah kamar di samping kolam renang dengan kasur busa sederhana seharga 100rb, menjadi tempat untuk mengistirahatkan badan di hari itu. Kamar mandinya yang terpisah, saya manfaatkan untuk membersihkan diri sambil menikmati segarnya air pegunungan melalui shower.

Berhubung di penginapan ini tak tersedia restoran, sepeda pun saya pakai lagi untuk mencari warung di sekitar jalan utama. Sebuah warung dengan menu ayam goreng menjadi pilihan di malam itu. 

Ketika sedang menunggu pesanan datang saya dikejutkan oleh dering telpon dengan nomor yang tidak dikenal. Karena penasaran telponpun saya angkat yang ternyata datangnya dari petugas polsek setempat dan mengabarkan bahwa ia sudah berada di penginapan, minta waktu untuk bertemu. Saya sempat kaget kok ada polisi mencari saya!? namun saya berjanji untuk segera menemuinya. 

Setelah makan selesai sayapun bergegas pulang. Saat tiba di halaman parkir nampak sebuah sedan patroli polisi dengan lampu strobo menyala2 diatas kapnya, ternyata kedua orang Polisi tersebut adalah utusan dari Kapolsek ingin memberikan oleh2 untuk saya. Sebungkus plastik besar yang isinya berbagai makanan ringan dan air minum sudah tersimpan diatas meja. 

Menurut penuturannya, pak Kapolsek mendapat berita dari teman saya di Bandar lampung itu bahwa saya menginap di daerahnya, sehingga menugaskan anak buahnya untuk menemui saya. Hal tersebut terjadi karena saya sempat men-shareloc posisi terakhir saya ke Beliau seperti yang ia syaratkan ketika kami bertemu di Bandar Lampung kemarin, agar selalu melaporkan posisi setiap saya tiba di tempat dimana saya akan bermalam. 

Setelah berbincang2 selama setengah jam, utusan tersebut pamit undur diri karena masih harus melanjutkan tugas, ujarnya. Sayapun tak lupa mengucapkan terimakasih atas kebaikannya dan memohon maaf karena sudah merepotkan. 

Berhubung oleh2 tersebut sangat banyak dan tak mungkin saya bawa semuanya diperjalanan, beberapa saya berikan ke pegawai penginapan yang ada. 







Bersambung

 



   


 


Comments

Popular Posts