Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai
Setelah
lama tidak melakukan perjalanan panjang bersepeda, kali ini saya menuju Lampung guna mengeksplorasi provinsi yang berada di ujung selatan pulau
Sumatera. Petualangan seorang diri sejauh kl. 450 km ini dimulai
dari Bandar Lampung menuju Kota Agung, Bengkunat, Krui, Liwa, Danau Ranau dan
berakhir di Bukit Kemuning.
Jalur
yang saya arungi ini adalah hasil pertemuan saya dengan Iwan Setyawan yang
berasal dari Bandar Lampung saat bertemu di acara Zero to Zero, sebuah acara
bersepeda massal dari kilometer nol Bogor menuju kilometer nol Bandung di tahun
2017.
Saat itu
ia bercerita banyak tentang keberadaan provinsi tersebut, dari alam, budaya hingga tradisinya. Dari hasil obrolan tersebut saya penasaran dengan yang ia sampaikan, googlingpun menjadi senjata pamungkas untuk mengetahui Lampung secara komprehensif dan kesimpulannya saya harus mengunjungi kawasan itu!
Potensi
pariwisata pantai barat yang berhadapan dengan samudera Hindia, ditambah keberadaan
Danau Ranau di pedalaman Taman Nasional Bukit Barisan selatan, juga budayanya yang
dibangun oleh berbagai latar belakang, menjadi nilai tambah tersendiri diperjalanan kali ini.
Pada
masa lalu, Provinsi Lampung adalah salah satu tempat tujuan kolonisasi yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda di tahun 1905. Saat itu mereka mendatangkan penduduk
dari berbagai tempat di pulau Jawa maupun Bali, guna membuka area hutan
belantara di Lampung untuk program perluasan areal pertanian.
Rombongan kolonis itu diangkut menggunakan kapal laut. Sesampainya
di pelabuhan Panjang, mereka harus berjalan kaki sejauh lebih dari 70 km menuju
Gedong Tataan, Lampung Selatan selama 3 hari. Barang-barang bawaannya mereka
pikul di pundak. Dari hal tersebut kemudian pendatang berhasil membuka area perkebunan
untuk kepentingan Belanda.
Pasca kemerdekaan program itu diadopsi oleh pemerintah Indonesia dengan tetap mendatangkan penduduk dari luar pulau untuk menggarap lahan dengan istilah transmigrasi.
Seiring waktu maka terbentuklah budaya Lampung baru
yang dibangun dari berbagai latar belakang kesukuan, baik yang berbasis lokal maupun pendatang. Dari hasil metamorfosis tersebut kemudian lahirlah sebuah
slogan ; Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai…
Comments
Post a Comment