Kapal cepat, dermaga baru


Rabu, 3 Juli 2019.

Terik matahari di tengah musim kemarau, mengantar saya menuju pool bus Damri di kawasan Stasiun utara kota Bandung. Ditempat tersebut saya menyerahkan sepeda yang sudah terbungkus rapi di dalam dus ke bagasi Bus yang akan membawa saya ke Bandar Lampung. Tiket seharga 195rb sudah saya bayar sehari sebelumnya di counter penjualan tiket, sementara sepedanya sendiri dikenakan biaya bagasi sebesar 150rb, dibayarkan langsung ke awak bus sebelum waktu keberangkatan. 

Selepas isya, bus dengan cepat meninggalkan Bandung menembus malam menuju Merak. Bus Damri yang berkapasitas 40 seats dengan formasi 2-2 berfasilitas ac dan Reclining seat itu dipenuhi oleh para penumpang yang bertujuan sama ke ibukota Provinsi Lampung dengan berbagai keperluan. Salah satunya adalah pemuda di kursi sebelah yang akan pulang kampung setelah 5 tahun hidup di Bandung bekerja sebagai pegawai toko ritel modern.

Menjelang Bekasi, laju kendaraan tersendat parah. Hal tersebut diakibatkan oleh pembangunan jalan layang tol juga LRT yang dilakukan secara simultan. Program pemerintah itu dimaksudkan untuk  memperlancar arus mobilisasi orang dan barang dari daerah timur menuju ibukota. Setelahnya, bus kembali melaju kencang melelapkan penumpang di kursinya masing-masing.




Kami terbangun saat bus berjalan pelan yang disebabkan oleh banyaknya polisi tidur saat memasuki komplek dermaga pelabuhan Merak. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh kondektur guna menawarkan para penumpang untuk memilih system penyeberangan, apakah memakai kapal Fery biasa atau Fery cepat. Akhirnya kami sepakat memilih kapal Fery cepat karena waktu penyeberangan memakan waktu hanya 1 jam saja. Sebagai konsekwensinya kami dikenakan biaya tambahan sebesar 10rb /penumpang.

Dermaga yang dikhususkan untuk kapal fery cepat itu nampak masih terlihat baru. Komplek dermaga yang dibangun oleh pemerintah itu didisain dengan sangat modern. Fasilitas gedungnya dilengkapi oleh pusat perbelanjaan dengan system transaksi melalui e-money. Sayang pada saat itu pusat perbelajaan tersebut sudah tutup.

Benar saja, tak lebih dari satu jam kapal sudah memasuki Pelabuhan Bakauheni. Sang supirpun bergegas meninggalkan dermaga dengan sigapnya. Tepat jam 6 pagi bus memasuki terminal Rajabasa Bandar Lampung sebagai tujuan akhir di kota yang dipenuhi oleh elemen Siger di berbagai tempat itu.





Comments

Popular Posts