Rhino Camp

 7 juli 2019.









Salah satu destinasi wisata khusus di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah “Rhino Camp”. Tempatnya berada tak jauh dari pinggir jalan lintas barat antara Kota Agung dan Bengkunat persisnya di sektor Sukaraja Atas memudahkan bagi siapapun untuk mengunjunginya.

Tempat ini saya ketahui dari hasil ngobrol dengan teman2 Polisi Hutan dimana saya sempat menginap tadi malam di Kantor Badan TNBBS. Pak. Ardi sebagai petugas jaga menyarankan untuk mengunjungi tempat tersebut karena sedang ada bunga Raflesia yang sedang mekar.

Tak menyia2kan waktu, usai sarapan dan berfoto bersama para Polisi Hutan yang akan berpatroli, sayapun pamit dan bergegas menuju tempat yang disebutkan. Jaraknya tak terlalu jauh menuju lokasi tsb hanya sekitar 4 km saja, namun karena medannya yang berbukit2, tempat itu saya tempuh hampir 1 jam.

Rhino Camp dulu dibangun sebagai tempat pengamatan badak sumatera tapi diperjalanan waktu badak2 tsb tidak muncul lagi, namun tempat itu tetap dipertahankan sebagai salah satu pos untuk mengamati Flora dan Fauna.

Di kawasan itu dapat dijumpai secara langsung bunga Rafflesia, bunga Bangkai, Kantung semar, Anggrek dll. Sementara satwanya adalah Siamang, Rangkong, Kuau, Owa, Kancil, Tarsius, dll. Selain itu aktifitas yang dapat dilakukan antara lain adalah Trekking Hutan Hujan Tropis, Melihat Bunga Raflesia Mekar (Maret-Juli) dan Bird Watching.



Sayangnya setelah saya tiba di Camp tersebut petugas yang berjaga menyampaikan bahwa Bunga Raflesia itu sudah membusuk “Mekarnya hanya seminggu” ujarnya. 

Akhirnya kita hanya berbincang2 saja di bangunan kayu berlantai dua yang bisa dipergunakan oleh pengunjung untuk bermalam. Setelah puas saya pamit untuk meneruskan kembali perjalanan menuju Bengkunat.

Medan di kawasan ini masih rolling. Sekawanan monyet besar berkeliaran di pinggir jalan, mungkin sedang mencari makan yang kadang diberikan oleh para pemakai kendaraan. 

Tugu selamat datang di kabupaten Pesisir Barat sempat membentang di atas jalan. Sesekali saya berpapasan dengan kendaraan lain sementara suara satwa liar dan gemericik rantai membuat suasana terasa menjadi magis..



Ketika sedang asyik2nya menikmati suasana kebathinan terlihat sebuah motor RX King yang tengah didorong. Setelah diperhatikan ternyata ban belakangnya bocor, teringat bahwa saya membawa pompa lalu saya tawarkan barangkali bisa membantu.

Setelah dicoba ada sedikit angin yang masuk, namun kembali kempes, sepertinya bocornya parah. Mengingat posisinya di tengah hutan dan saya belum tahu dimana ujungnya hutan ini dengan berat hati sayapun pamit duluan. 

Hutan yang rimbun dan suara satwa liar masih mewarnai jalan raya di pedalaman ini hingga saya menemukan sebuah tulisan “Turunan tengkorak agar berhati2”.

Sepeda meluncur karena jalan yang mulai melandai. Disatu turunan yang terjal saya hampir tertabrak oleh mobil travel dari arah yang berlawanan dikarenakan sisi kanan jalannya bolong2 sehingga sang supir mencuri jalan saya dengan kecepatan tinggi. 

Dengan reflek sepeda saya arahkan keluar jalur sehingga keseimbangan sedikit terganggu, karena kaget sepedapun saya rem mendadak di atas pasir sehingga menimbulkan suara dan hampir saja terjatuh ke jurang yang menganga.

Seorang bapak2 di sebuah pos yang berjaga mengingatkan agar saya istirahat dulu, namun karena suasana sudah terkendali, perjalanan saya lanjutkan dengan semakin berhati2 karena turunan masih panjang dan terus berkelok2.

Selepas turunan panjang sebuah pemukiman tampak di depan mata, sepeda saya gowes kembali karena jalan sudah mulai mendatar. Ketika sedang asik menggowes saya dipanggil oleh seseorang yang ternyata pemotor yang tadi ketemu di tengah hutan tengah mengganti Bannya di sebuah bengkel sederhana.









Pemuda yang akan menuju Bengkulu tersebut mengembalikan pompa yang tadi saya pinjamkan, sebagai tanda terimakasih ia mentraktir saya dengan Es buah yang tersedia di bengkel itu. 

Sambil menikmati Es buah disiang bolong, kaki saya selonjorkan diteras sambil menenangkan diri lagi mengingat kejadian diturunan tadi. Pemuda itu bercerita, ia bermaksud ke Bengkulu dari Pesawaran untuk mencari pekerjaan bersama temannya yang membawa tas besar di punggungnya itu.

Saat perut sudah minta diisi sayapun pamit duluan untuk meneruskan perjalanan. Bentang alam sudah berubah dari suasana hutan kini masuk ke daerah pesisir, dari tadinya pohon2 keras kini sudah didominasi oleh pohon kelapa. Kondisi jalan terasa mulus dengan marka yang jelas, sepeda saya gowes terus, sebuah jembatan panjang sempat dilewati.

Dalam satu kesempatan langit mulai mendung dan tak lama kemudian saya menemukan Warung besar yang banyak dipenuhi oleh mobil2 travel dengan trayek Lampung - Bengkulu PP sedang parkir. Saat asik makan hujanpun turun dengan derasnya.

Menunggu cukup lama hujanpun reda dan melahirkan pelangi di langit barat. Kembali ke sadel, sepeda saya gowes perlahan karena menghindari percikan dari air sisa hujan tadi. Udara sudah terasa sejuk setelah seharian terik matahari selalu menemani.

Kantor polsek Bengkunat sudah terlewati, saat berada di depan Puskesmas Ngaras saya sempatkan bertanya kepada seseorang yang tengah santai di kios yang berjualan Pulsa barangkali ada penginapan di daerah itu. "Disini ga ada, kalau mau coba di Bira" katanya, dan yang disebutkan itu masih jauh..

Melihat jam sudah menunjukan Pkl. 5 sore, sepertinya akan kemalaman kalau saya paksakan kesana. Sayapun putar balik kearah polsek yang kelewatan tadi barangkali bisa diperkenankan untuk menginap. Seperti biasa saya lapor ke petugas jaga dan menyampaikan maksud untuk menumpang tidur, tak lupa saya perlihatkan juga kartu identitas untuk dicatat.

Petugas tersebut mengijinkan saya tidur nanti malam di Mushola Polsek. Mushola kecil berukuran 6x6 m dengan dinding kaca disekeliling membuat tempat tersebut terlihat cukup nyaman untuk ditempati. Kamar mandinya yang sederhana namun bersih saya manfaatkan kemudian untuk membersihkan diri.








Sehabis Magrib oleh petugas jaga saya ditunjukan tempat makan yang berada samping polsek itu. Karena sudah lapar saya datangi rumah itu. Tidak ada menue di rumah ini, namun si Bude, sang pemilik yang aslinya dari Jawa Tengah ini menawarkan saya ayam goreng beserta telor ceplok, lumayanlah untuk mengisi nutrisi tubuh di malam itu.

Sambil mengerjakan pesanan, ia banyak bertanya tentang perjalanan saya. Begitu saya cerita saya melewati Wonosobo beliau terkejut dan iapun menyampaikan bahwa ia pernah mengalami masa pahit sewaktu hidup disana. 

Ia dan suaminya pernah disekap oleh empat orang bertopeng dan menggondol semua barang2 di rumahnya termasuk motor, kulkas dan televisi, bahkan bukan beliau saja, tetangga yang lain juga pernah mengalami hal yang sama katanya.

Trauma dengan kejadian tersebut sang ibu dan suaminya akhirnya hengkang dari daerah tersebut dan memilih pindah ketempat ini dengan alasan dekat dengan kantor polisi! Beliau bersyukur bahwa saya selamat melewati daerah tersebut.  

Kembali ke Mushola jam 9 saya sempatkan menShareloc tempat ini ke teman saya di Bandar Lampung itu untuk menjalankan amanah. Namun tak lama kemudian ia menelepon dan minta berbicara dengan petugas jaga, tapi karena saya tak ingin merepotkan lagi saya bersikeras tidak mau memanggil petugas itu, “Saya sudah aman, sudah siap tidur”, ujar saya. Lampu Musholapun saya matikan.

Tak berselang lama pintu ada yang mengetuk terlihat orang yang bercelana pendek memakai kaus biasa mengucapkan salam. Pintu saya buka dan beliau langsung memperkenalkan diri sebagai Kapolsek di tempat ini. 

Beliau mengatakan bahwa ia ditelepon oleh teman saya yang di Lampung itu, waduh… lalu ia mengajak pindah ke rumah dinasnya saja, namun tawaran itu saya tolak halus karena di mushola itu saya sudah merasa nyaman.

Akhirnya kita bertukar cerita. Sang Kapolsek itu ternyata berasal dari Pamanukan Subang dan anak sulungnya tengah berkuliah di Unpad, ya sudah obrolan itu akhirnya nyambung kemana2. Di tengah perbincangan tlp beliau berdering yang langsung ia angkat.

Dari nadanya sepertinya ada masalah serius. "Utusan dari orang penting di negeri ini" katanya usai menutup telepon itu. Iapun kemudian memanggil seluruh anak buahnya. Akhirnya musholapun dipenuhi oleh para petugas dan rapat daruratpun terjadi disana. Saya sebagai pendatang sedikit rikuh dengan kondisi seperti itu.  

Diujung pertemuan beliau menyampaikan ke saya untuk sarapan besok minta saja ke Bude di sebelah, katanya dan "itu AC nyalain aja" ujarnya sambil menunjuk ke pojok ruangan. Disaat pamit ia menjabat tangan sembari menyelipkan amplop ke dalam tangan saya, sempat saya tolak, namun beliau keukeuh, akhirnya amplop itupun saya terima..





Comments

Popular Posts