Abulobo.

bike to pulau


BOAWAE 
30 Nov 2017.


Sesuai rencana, setiap 3 hari sekali saya akan beristirahat dari kegiatan bersepeda, seperti halnya hari ini, saya bermaksud untuk memulihkan stamina, sekaligus juga mencuci pakaian kotor selama perjalanan sebelumnya.

Sarapan yang disediakan penginapan berupa nasi goreng dan pastinya kopi hitam, saya santap sambil menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang menyelusup di sela-sela kerimbunan pohon mangga di samping gerbang pintu masuk. 

Komplek penginapan ini cukup luas, sebagian diisi oleh berbagai macam pepohonan berbuah.  Pagar hidupnya yang berupa tanaman hias, sebagian tampak sedang berbunga. Sementara di depan kamar yang berjumlah 6 buah, terdapat halaman berumput yang sedang dipotong rapi membuat penginapan sederhana di pedalaman Flores ini terasa cukup nyaman untuk ditinggali selama 2 malam. Harganya 150rb permalam termasuk Sarapan pagi. 

Yang unik dari penginapan ini adalah ruang tidurnya hampir bersatu dengan kamar mandi, dimana dinding kamar mandi tersebut tidak tertutup penuh sampai atap, sehingga kita bisa melihat bila ada orang di dalamnya, sama di setiap kamarnya. Walaupun ada satu penginapan lagi, namun saya memilih tempat ini dengan pertimbangan jaraknya dekat dengan jalan Trans Flores. 

Boawae adalah salah satu kota kecamatan di kabupaten Nagekeo yang beribukotakan Mbay hasil pemekaran dari kabupaten Ngada pada tahun 2007. Kota kecil ini terletak tepat di bawah kaki gunung Abulobo yang berhawa sejuk serta subur karena sering terpapapar abu vulkanis, sehingga sangat nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas di tempat ini. 

Arah utara penginapan ter­dapat pasar tradisional yang oleh warga setem­pat dis­e­but Pasar Rabu dikar­enakan hari pasarnya jatuh pada hari Rabu. Barang yang di­jual be­raneka ragam mulai dari sem­bako, Ternak, Souvenir serta ke­bu­tuhan ma­ter­ial lainnya.

Seperti ditempat lain di pulau ini, ketersedian listrik menjadi persoalan serius yang benar-benar harus diperhatikan oleh pemerintah. Terbukti dengan aliran yang terputus di pagi ini saya tidak bisa melakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan listrik, sementara Memory didalam kamera Gopro sudah minta di transfer ke Laptop yang saya bawa.

Memanfaatkan kondisi itu saya bongkar pannier pengangkut barang-barang,  pakaian kotor saya rendam diember dengan bubuk deterjen sisa dari Koka tempo hari. Setelah dibilas pakaian tersebut saya jemur di halaman dengan rak yang tersedia di depan setiap kamar.





bike to pulau
Penginapan yang berada di samping jalur Trans Flores.

bike to pulau

bike to pulau

bike to pulau
Fasilitasnya 2 tempat tidur dan kamar mandi di dalam yang dipisahkan oleh setengah tembok. 

Menjelang siang ketika perut mulai keroncongan, saya mencari makan disekitar penginapan yang kemudian oleh tuan rumah ditunjukan ke sebuah restoran sederhana yang letaknya berada di jalur Trans Flores, tak jauh dari situ. 

Restoran yang berjarak satu kilometer ke arah luar kota itu saya diantar oleh anak tukang kebun memakai motor bapaknya yang tengah sibuk merawat tanaman di halaman penginapan. Menurut penuturannya, anak yang sempat bekerja sebagai supir pribadi di Jakarta tersebut, ingin kembali kesana karena disini tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, katanya.

Makan siang di rumah makan yang bernama Handayani ini saya memilih menu sayur asam, tempe dan tahu yang sudah lama tidak saya temui. Pemiliknya pendatang dari Sidoarjo yang telah lama bermukim disini. Sedangkan konsumennya selain masyarakat setempat juga para pemakai jalan yang melintasi jalur Trans Flores. 

Dari samping rumah makan ini, kita bisa melihat gunung api Abulobo yang semalam sempat saya lewati. Gunung berketinggian 2124 mdpl, tampak berdiri dengan gagahnya di sebelah tenggara kota. Gunung yang berjenis Stratovolcano itu kubah lavanya terlihat sedikit melekuk, terakhir meletus pada tahun 1830. 

Saat pulang ke penginapan, awan hitam mulai menggelayut,  sesampainya di kamar hujanpun turun dengan derasnya, untung jemuran sudah saya pindahkan ketempat yang aman. Siang yang redup itu saya manfaatkan waktu untuk tidur lagi. 

Menjelang sore lampu baru menyala, kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk memindahkan data dari memori Gopro ke laptop hijau yang setia menemani perjalanan. Begitupun HP dan powerbank saya isi penuh, mumpung ada listrik.

Seperti  siang tadi, selepas Isya saya kembali ke warung tersebut karena tempat makan yang layak di tempat ini hanya itu saja, tak lupa membawa raincoat dan senter karena di sepanjang jalan tak ada lampu penerangan.

Sebelum tidur saya pelajari lagi rute perjalanan esok hari menuju Bajawa yang diperkirakan berjarak 53 km, dengan kondisi medan yang terus mendaki, dengan elevasi dari 500 menuju 1300 mdpl.


bike to pulau
Bangunan utama yang ditinggali oleh yang empunya

bike to pulau

bike to pulau

bike to pulau

Comments

Popular Posts