Blokade Pesawat.

bike to pulau


BENA - BAJAWA
2 Des 2017.

Buntut dari sulitnya tidur semalam, pagi ini saya merasakan kepala yang sedikit pening, ingin meneruskan tidur tapi tak enak hati, karena semua orang masih beraktivitas di dalam rumah. Segelas kopi yang disuguhkan tuan rumah segera saya hirup, berharap badan ini kembali pulih seperti sediakala.

Untuk mengisi waktu, saya sempatkan mengambil gambar suasana di perkampungan ini. Sinar matahari yang sempat menyelusup lewat sela-sela pohon bambu, perlahan-lahan hilang ditutup awan. 

Anak-anak tampak bergegas berangkat ke sekolah, sementara ibu-ibunya sibuk membersihkan lingkungan dengan sapunya masing-masing. Sebagian lelaki dewasa sudah berangkat menuju ladangnya termasuk pak Blasius.

Melihat kampung yang kembali sepi dan tamu-tamu dari luar belum datang, saya ambil peralatan mandi dari dalam Pannier. Kamar mandi khusus tamu, di rumah paling depan yang berfungsi sebagai tempat informasi dan  registrasi, saya manfaatkan keberadaannya, karena disitu tempatnya lebih bersih dan nyaman. Air yang keluar dari kran terasa segar saat diguyurkan ke tubuh.

Saat selesai mandi, ibu yang tinggal di rumah sedang menyiapkan peralatan tenunnya di teras depan, . Beberapa kain yang sudah selesai ditenun, ia gantung dengan bantuan bambu panjang agar mudah dilihat oleh tamu yang datang. Untuk diketahui ornamen khas tenunan hasil dari kampung ini adalah gambar kuda, hal tersebut juga tercermin dari ornamen-ornamen yang di ukir di banyak rumah disini.

Sarapan pagi berupa Nasi putih dan telor ceplok yang saya pesan tadi malam, dengan cepat saya habiskan, barang-barang pribadi saya rapikan kembali agar tak terlihat berantakan. Beberapa tamu mulai berdatangan ke kampung ini. 

Ditengah kondisi badan yang tak kunjung pulih, saya minta izin untuk tidur sebentar di dalam rumah, saya terjaga saat mendengar ada obrolan antara ibu dan tamu asingnya, sepertinya mereka sedang bernegosiasi.

Merasakan kondisi badan yang tidak kunjung membaik, sayapun pamit dengan tidak lupa membayar biaya penginapan sebesar 150rb. Sepeda itu saya tuntun ke tempat parkir pengunjung dibawah kampung. 

Dalam kondisi yang seperti ini, saya memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan menuju Borong hari ini, tapi menuju Bajawa untuk mencari penginapan, khusus untuk memulihkan kondisi badan. Bagi pesepeda, tidur yang cukup menjadi syarat agar terhindar hal-hal yang tidak diinginkan di perjalanan. 

Berharap ada angkot yang bisa membawa saya kesana, ternyata disini tak ada angkot. Setelah bertanya ke orang-orang sekitar, saya diarahkan untuk menghubungi rumah sebelah, karena terlihat ada mobil,  biasanya disewakan, katanya. Namun ternyata di rumah itu sedang tak ada penghuninya

Ditempat parkir yang luas, saya melihat ada rumah yang sepertinya sedang dilaksanakan pertemuan, dimana orang-orang nampak seksama menyimak penuturan dari seseorang, mungkin kepala desa disini.

Setelah mencari-cari pemilik rumah, tak lama kemudian datanglah seorang ibu dari kerumunan tersebut. Sayapun utarakan maksud tersebut, si ibu itu dengan segera menelepon seseorang yang ternyata suaminya yang sedang bekerja di ladang.







bike to pulau
Kampung Tradisional Bena di pagi hari.

bike to pulau
Gunung Inerie dilihat dari rumah tempat registrasi tamu.

bike to pulau
Ornamen kuda menjadi ciri khas budaya di tempat ini.

bike to pulau


Sambil menunggu sang bapak pulang dari ladang, saya manfaatkan waktu untuk selonjoran di teras depan rumahnya, sampai sempat ketiduran...  Saya dibangunkan ketika si bapak tersebut sudah siap, dengan hati-hati, sepedapun dinaikan ke bak belakang mobil PU nya itu.

Ngobrol disela-sela perjalanan, ternyata Pak Thomas ini pensiunan kepala desa di kampung tersebut, menurut penuturannya, beliau pernah ke Bandung diajak oleh Dinas Perkebunan Kabupaten  Ngada, untuk mempelajari manfaat lain dari sebuah bambu di Saung Udjo, selama seminggu.

Kabupaten Ngada ini dikenal sebagai tanah sejuta bambu yang mana bambu-bambu banyak tumbuh disini, baik yang sengaja di tanam maupun yang liar, sampai akhirnya masyarakat memanfaatkan bambu tersebut dalam berbagai macam bentuk. 

Sejak dahulu bambu-bambu tersebut dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, salah satunya membangun rumah yang dimulai dari tiang konstruksi, dinding hingga atap rumah. Rumah serba bambu tersebut saat ini masih banyak ditemui disini, ketersediaan material yang melimpah membuat bambu menjadi pilihan yang ekonomis untuk membangun rumah bagi masyarakat.

Umumnya masyarakat Ngada menggunakan bambu dari jenis bambu Betung  (Dendrocalamus asper) atau yang  disebut oleh masyarakat Ngada dan Nagekeo sebagai bambu Bheto, sebab bambu ini memiliki ukuran lingkar batang yang cukup besar dan biasanya tumbuh secara alami tanpa ditanam oleh masyarakat. Jenis bambu ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 25 meter dengan diameter maksimal hingga 16 centimeter.

Menelusuri jalanan yang mendaki dan berkelok-kelok di bawah kaki gunung Inerie, akhirnya kami sampai dipertigaan jalan Trans Flores. Saat ditanya mau menginap di mana, saya bilang belum tahu,  Pak Thomas yang mempunyai beberapa kenalan di Bajawa ini menyebutkan satu persatu dengan sedikit gambaran tempatnya, akhirnya kita sepakat mengarah ke tempat yang ia gambarkan terakhir.

Sebuah Homestay sederhana yang terletak beberapa meter dari jalan utama kota, menjadi pilihan saya.  Bajawa adalah ibukota kabupaten Ngada yang berpenduduk 50rb orang. Terdapat beberapa kawasan wisata di daerah ini seperti air terjun Ogi, pemandian air panas Mangeruda selain Kampung tradisional Bena sendiri.

Kota yang berada di ketinggian 1150 mdpl ini bisa di tempuh melalui jalan darat via Ende di timur dan Labuan Bajo di bagian barat. Selain itu terdapat juga Bandar Udara Soa, yang kemudian berganti nama menjadi Bandara Ali Alatas. 

Bandara tersebut beberapa tahun lalu sempat menjadi berita Nasional, dimana Bupatinya yang bernama MS, saat di Kupang tidak kebagian tiket untuk pulang ke kota ini, memerintahkan aparatnya untuk memblokade pesawat yang akan landing tersebut, dengan cara memalangkan sebuah mobil di landasan, sehingga pesawatnya tidak bisa mendarat dan harus kembali ke Bandara Eltari Kupang.

Akibat dari kejadian tersebut, Ka Satpol PP yang memimpin peristiwa penghadangan itu, mendapatkan sanksi hukuman berupa penjara selama 2 tahun. 

Setelah  makan siang, saya pun terlelap di tempat tidur, hingga terbangun di sore hari dengan mendung hitam yang sudah menggelayut. Tak lama sebuah mobil minibus datang dengan membawa 4 orang tamu perempuan yang berasal dari Swedia, mereka sedang keliling Flores, kata supirnya yang asli Ruteng itu. 

Minum Teh hangat sambil berbincang-bincang dengan tamu yang baru datang tadi, membawa suasana dingin bersuhu 18 DC menjadi hangat, karena diimbuhi dengan candaan-candaan  yang mengundang tawa kami semua.

Badanpun mulai terasa membaik, selain dari istirahat yang cukup,  juga  disertai khasiat dari beberapa tablet yang sempat saya telan tadi. Selepas Magrib perut sudah minta diisi lagi, dengan memakai jas hujan, saya mencari makan yang tak jauh dari tempat ini. Akhirnya saya menemukan tenda Soto Lamongan di halaman sebuah rumah kosong.


*Catatan :
Kabar terakhir Bupati Ngada MS (Marianus Sae) pada 14/9/18 di vonis hukuman kurungan selama 8 tahun oleh KPK karena tersangkut kasus suap pembangunan infrastruktur. 


bike to pulau
Homestay saya di Bajawa, di kejauhan tampak gunung Inerie.

bike to pulau
Papan informasi di depan homestay. 

bike to pulau
Speechless.

bike to pulau

Comments

Popular Posts